Info Berita Terhangat - Belasan difabel yang tergabung dalam Persatuan Penyandang Cacat Kota
Madiun (PPCKM) menggelar aksi keprihatinan atas meninggalnya mantan
Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela di Alun-alun Madiun, Sabtu
(7/12/2013) malam. Aksi keprihatinan ini langsung menyedot perhatian
kalangan anak-anak, remaja, dan orangtua yang sedang berada di alun-alun
itu.
Para pengunjung alun-alun itu bukan sekadar melihat aksi
keprihatinan ini, tetapi juga turut menyalakan lilin satu per satu untuk
diletakkan di bawah tiang bendera merah putih yang ada di depan Pendopo
Alun-alun Madiun.
Dalam aksi berkabung atas meninggalnya bapak
Batik Dunia sekaligus bapak antidiskriminasi ini, warga dan pengujung
alun-alun juga diajak berdoa sekaligus mengheningkan cipta atas
meninggalnya Nelson Mandela. Selama ini, Nelson Mandela dianggap
berhasil menyatukan seluruh umat manusia dengan mengesampingkan
rasialisme.
Dalam acara itu, juga dibacakan puisi panjang
sebanyak 5 lembar oleh Ketua PPCKM, Paran Raharjo. Paran mengungkapkan
di Indonesia masih banyak diskriminasi, terutama untuk kalangan
penyandang cacat. Dia mencontohkan adanya diskriminasi dalam mendapatkan
pendidikan, pekerjaan, hingga urusan membangun rumah tangga. Puisi itu
ditutup dengan sikap Nelson Mandela yang tak pernah mendiskriminasikan
orang atau mendiskreditkan orang hanya karena kekuragan fisik atau ras
maupun golongan.
Salah seorang pengunjung, Rahma (17)
mengatakan, aksi keprihatinkan dan bela sungkawa 1.000 lilin untuk
Nelson Mandela itu diharapkan memberi inspirasi bagi bangsa Indonesia.
Karena praktik diskriminasi masih terjadi di berbagai lapisan masyarakat
di Indonesia. Padahal, kata Rahma, jika berkaca pada perilaku dan sikap
Nelson Mandela, bangsa Indonesia akan semakin kuat dan maju.
"Harapan
kami dengan adanya aksi ini, mengingatkan semua baik secara
internasional maupun nasional agar segera menghapus diskriminasi. Jangan
sampai meninggalnya bapak antidiskriminasi, Nelson Mandela justru
membuat diskriminasi akan semakin tumbuh subur," terang salah satu siswi
SMK Negeri di Kota Madiun, Sabtu (7/12/2013) malam.
Sementara
itu, koordinator aksi, Paran Raharjo yang sekaligus Ketua PPCKM
menegaskan, acara itu sebagai aksi keprihatinan atas meninggalnya Nelson
Mandela yang dianggap sebagai Bapak Antidiskriminasi Dunia.
Apalagi,
selama ini Nelson Mandela sejak pensiun dari Presiden Afrika Selatan
terus berjuang melawan diskriminasi hingga disegani dunia.
"Biar
bagaimana pun juga diskriminasi akan menimbulkan kelompok kekecewaan dan
perpecahan yang lama kelamaan menimbulkan perlawanan dan merontokkan
kepercayaan kepada pimpinan," ucapnya.
Paran mencontohkan, selama
ini banyak diskriminasi di Indonesia, termasuk di Kota Madiun. Di
antaranya masalah mencari pekerjaan. Penyandang cacat seperti ia dan
teman-temannya sulit mencari lapangan pekerjaan hanya karena kekurangan
fisik.
"Kalau fisik kami tak sempurna, jangan malah
didiskriminasikan. Apalagi, diskriminasi bukan hanya soal pekerjaan,
pendidikan, dan bahkan pelayanan. Kami sebagai manusia yang tak sempurna
fisiknya, masih bisa bekerja menggunakan otak. Seharusnya, praktik
diskriminasi di Madiun dan Indonesia dihapus demi kemajuan bangsa dan
memperkuat persatuan antarberbagai golongan dan ras," pungkasnya.
Aksi
selama hampir 1 jam itu berlangsung damai meski tanpa pengawalan polisi
berseragam. Mereka hanya dikawal sejumlah petugas Intelkam TNI dan
Polri.
No comments:
Post a Comment