Info Berita Terhangat - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Adnan Pandupraja
menawarkan konsep e-politik sebagai salah satu solusi untuk menyikapi
kenalakan anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Menurut Adnan, dengan konsep
e-politik ini, setiap janji anggota DPR yang disampaikan saat kampanye
akan terekam jelas melalui pencatatan elektronik. Dengan demikian,
masyarakat dapat mempermasalahkan jika ada janji yang tidak sesuai
dengan kenyataannya.
"Kita tahu yang berkuasa di negeri ini kan
anggota dewan kan, jadi sulit ya. Jadi, kan Anda dengar sendiri
pernyataan yang dilontarkan, bagaimana sih menyikapi kenakalan
anggota-anggota dewan, itu memang never ending story (cerita yang tak ada akhirnya). Solusinya satu, kalau ada e-politik, bagus tuh. Jadi, si Anu ngomong-nya apa, semua terekam," kata Adnan di Jakarta, Selasa (10/12/2013).
Adnan
melanjutkan, konsep e-politik mengedepankan transparansi sehingga
masyarakat dapat mengawasi langsung perilaku anggota dewan. Dia pun
berharap wacana mengenai konsep e-politik ini dapat terus didengungkan
hingga akhirnya diwujudkan pemerintah bersama dengan parlemen.
"Karena hanya e-politik, tanpa itu semua hanya di balik kelambu. Mereka pasti menyangkal kalau enggak gituan, sedangkan esensi dari pola itu kan transparansi kan, jadi semua, statement,
sikap, gaji, itu tertulis sehingga orang bisa tahu, 'Oh, jadi saya
enggak salah milih dia jadi ketua dewan' kan gitu," kata Adnan.
Mantan
komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) ini juga menekankan
pentingnya pemerintah menjaga jarak dengan parlemen sehingga terhindar
dari praktik kongkalikong mengeruk keuangan negara bersama-sama. Menjaga
jarak, menurut Adnan, penting agar pihak eksekutif tidak mudah
diintervensi anggota dewan. Selama ini, kerap terjadi kongkalikong
antara eksekutif dan parlemen dalam mengeruk uang negara melalui
proyek-proyek pengadaan. Ada juga parlemen yang mendesak eksekutif untuk
memberikan sejumlah uang untuk mengegolkan anggaran suatu kementerian.
"Kita
berharap eksekutif lebih waspada dan kalau perlu bisa menjaga jarak
karena tadi mendengar bagaimana Bu Wali Kota Surabaya berani berhadapan
dan berani menyatakan tidak kepada anggota dewan, kenapa tidak itu juga
dilakukan di level nasional? Toh parlemen kan tidak bisa memberhentikan
menteri kan. Kenapa tidak mengambil jarak, say no-lah kira-kira kalau mau diintervensi," kata Adnan.
No comments:
Post a Comment