Info Berita Terhangat - Ketua Komisi VI DPR RI Airlangga Hartarto menyatakan, impor bahan bakar
minyak (BBM) yang besar menjadi penyebab tekanan rupiah semakin berat.
Ditanya soal proyeksi konsumsi BBM subsidi pasca-mobil murah, ia pun tak
bisa memprediksi pasti kenaikannya.
"Yang jelas BBM sudah menjebol kurs rupiah, apalagi yang mau dijebol?" kata Airlangga, Minggu (1/12/2013).
Sebagaimana
diberitakan, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan mobil murah untuk
menghadapi pasar bebas ASEAN 2015 dan menyediakan moda transportasi
pribadi yang nyaman untuk segmen rakyat kecil.
Pada 2014, jumlah
mobil murah yang diproduksi diperkirakan sebanyak 200.000 unit. Saat
ini jumlahnya sekitar 40.000 unit. Meski hanya 3 persen dari produksi
mobil konvensional, konsumsi BBM subsidi masih mungkin menjadi beban.
Ditambah
lagi pada 2014 nanti akan banyak sekali kegiatan politik yang
menggunakan BBM bersubsidi, seperti kampanye. Sementara itu, impor BBM
menjadi salah satu menyebab pelemahan rupiah hingga mencapai Rp 12.000
per dollar AS.
Lambannya pembuatan kilang dan mandatori
penggunaan biodiesel yang tak diperbesar membuat impor BBM semakin
tinggi. Di sisi lain, produksi mobil dan sepeda motor meningkat pesat.
Alhasil, PT Pertamina (Persero) perlu 150 juta dollar AS-200 juta dollar
AS per hari untuk impor BBM.
Ditanya
apa yang bisa dilakukan pemerintah agar subsidi BBM tak jebol dan
menekan rupiah tahun depan, politisi itu mendesak pembangunan secepatnya
terhadap kilang, konversi biofuel, dan subsidi dengan fixed delta.
"Bangun refinery (kilang) secepatnya. Konversi ke biofuel dilanjutkan, prosentase (persentase) boleh dinaikkan ke 15 persen," ujar Airlangga.
"Subsidi diberikan pakai fixed delta
saja, artinya rupiah per liter, dengan demikian tidak tergerus oleh
perubahan harga internasional, ataupun tekan kurs rupiah," katanya.
No comments:
Post a Comment