Setiap hari Daivi mendatangi halte-halte Transjakarta. Biasanya, pria 62 tahun ini beraksi dua kali sehari, pertama di jam sibuk berangkat kerja yakni pukul 6 sampai 7 pagi, kemudian sore hari saat pulang kantor.
Daivi punya cerita menarik saat melakukan aksinya. Kejadiannya sekitar dua hari lalu.
"Waku itu saya beraksi di Halte Halimun, Pasar Rumput. Dari kejauhan saya melihat ada mobil Mery dengan santainya masuk busway," kata Daivi , Rabu (13/11),
Daivi yang berada di depan mulut halte dan di tengah-tengah penumpang lantas mengayunkan satu kakinya. Tak cuma itu, dia juga mengeluarkan ponsel China-nya untuk memotret mobil itu.
"Melihat aksi saya, si pengemudi berhenti. Badannya tegap, rambutnya cepak," tambahnya.
Penumpang yang ada di sekitarnya saat itu langsung terdiam dan sempat ketakutan.
"Dia teriak ada apa, saya bilang aja ini jalur busway. Lalu saya mau rekam, maksudnya kalau dia macem-macem saya kasih bukti buat ke polisi. Eh dia langsung pergi," tambahnya.
Penumpang lain yang semula tak mengerti maksud tindakan Daivi malah tepuk tangan. "Mereka bilang bagus, bagus," cerita Daivi gembira.
Merasa telah mendapat banyak dukungan, Daivi semakin semangat melanjutkan aksinya ini. Bahkan dia bercita-cita setiap koridor memiliki komunitas agar sanksi sosial seperti ini bisa terus dipertahankan.
Lantas beranikah Daivi melakukan hal yang sama jika yang melintas mobil pejabat negara?
"Oh tentu tetap berani, saya nggak takut. Dulu pernah yang pakai pengawalan voorijder saya gituin, saya dibentak juga, besoknya saya tungguin eh nggak lewat lagi," tandasnya.
No comments:
Post a Comment