Info Berita Terhangat - Selain budaya dan alam, daya tarik wisata Korea Selatan
juga tempat pengambilan rekaman untuk film. Tak sedikit pengunjung,
termasuk dari Indonesia, datang hanya untuk melihat dari dekat lokasi
tersebut dan tentunya bintang drama Korea. Pemerintah dan organisasi
turisme setempat menangkap peluang itu.
Drama Daejanggeum (tahun
2003-2004), misalnya, menjadi daya tarik turis ke sejumlah tempat
pengambilan rekamannya, seperti Goa Gunung Songak dan Museum Rakyat
Jeju. Drama laris yang diputar berulang oleh beberapa televisi swasta di
Indonesia ini mengisahkan kehidupan Jang-Geum, seorang koki, dan
seorang dokter wanita terbaik ketika diskriminasi terhadap kaum
perempuan masih terjadi di Korea.
Ada pula lokasi pengambilan
rekaman film Chuno (2010), Iris (2010), Boys Over Flower (2009), The
Great Merchant, Kim Man-deok (2010), All In (2003), dan Live is
Beautiful (2010) yang tersebar di Pulau Jeju. Pulau Nam-I, lokasi
pengambilan rekaman Winter Sonata, tak kalah menarik minat wisatawan.
Demam
drama Korea diyakini menjadi salah satu pengungkit turisme Korea
Selatan, termasuk dari Indonesia. Turis asal Indonesia, menurut data
Organisasi Turisme Korea (Korea Tourism Organization/KTO), meningkat
dari 95.239 orang tahun 2010, 124.474 orang tahun 2011, dan 149.247
orang tahun 2012. Hingga Juni 2013, turis asal Indonesia telah mencapai
83.006 orang.
Makanan halal
Akan tetapi, isu kehalalan makanan dan ketersediaan fasilitas ibadah bagi kalangan Muslim menyempil di tengah pertumbuhan itu.
”Ada
kekhawatiran akan kehalalan makanan di Korea Selatan. Padahal, potensi
wisatawan Muslim Indonesia terbilang besar,” kata Tubagus Irfan Farhan,
Manajer Analisis Pasar dan Pengembangan Produk Garuda Indonesia
Holidays.
Akhir November 2013, KTO dan Garuda Indonesia Holidays
mengundang sejumlah biro perjalanan, ulama, dan akademisi untuk
berkunjung ke Korea Selatan. Selain meninjau infrastruktur ibadah,
kunjungan juga untuk melihat makanan sajian yang halal.
Irfan
menambahkan, khusus untuk menyediakan daging halal, pihaknya memesan
daging yang disembelih sesuai syarat kehalalan. Kerja sama dengan KTO
dan SAM Tour juga menyiapkan tempat-tempat ibadah.
Rais Syuriyah
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Masdar Farid Mas’udi berpendapat tidak
ada masalah dengan kehalalan makanan. Dengan info dari pengelola hotel
dan rumah makan, konsumen bisa menghindari makanan tak halal.
”Soal
ibadah tak ada masalah karena banyak tempat bisa dimanfaatkan dan ada
keringanan bagi musafir (orang dalam perjalanan) untuk melaksanakannya,”
ujarnya.
Selama lima hari di Korea, rombongan dijamu dengan
beberapa makanan yang dijamin halal, seperti bibimbap, nasi putih dengan
lauk, sayuran, daging sapi, telur, dan saus pedas gochujang; bulgogi
yakni daging sapi yang dipanggang atau ditumis dengan beberapa bumbu dan
disajikan bersama kimchi; shabu-shabu ala Korea; serta dak galbi, yakni
tumis berisi potongan daging ayam berikut kubis iris, potongan ubi
jalar, daun bawang, dan bawang bombai.
Pemandu juga mengajak
rombongan mencicipi menu vegetarian dan menu khas Timur Tengah. Tak
kalah menarik adalah menu hasil laut khas Pulau Jeju, antara lain ikan
makarel dan kerang abalone.
Pemangku sektor wisata Korea, seperti
Organisasi Turisme Jeju, selaiin menyiapkan rumah makan halal,
menyambut peningkatan itu juga dengan membangun infrastruktur.
Mereka
menyediakan peta wisata lengkap dengan daftar hotel, tempat ibadah, dan
rumah makan yang direkomendasikan bagi pelancong Muslim.
Lilis
Setyaningsih, Manajer Cabang PT Patih Indo Permai, mengatakan,
permintaan tur wisata ke luar negeri secara umum meningkat, khususnya ke
Timur Tengah dan Asia Timur.
No comments:
Post a Comment