Untuk wisata bahari, Kabupaten Sumbawa sudah menyiapkan beragam obyek wisata, salah satunya, Pulau Moyo seluas 32.044,86 ha. Untuk menjangkau pulau yang dikenal dengan wisata pantainya ini, wisatawan harus menyeberang dari Pulau Sumbawa sekitar 2 jam. Bagi turis asing, keberadaan Moyo di utara Pulau Sumbawa, sayang untuk dilewatkan.
Bahkan kapal phinisi yang kerap membawa rombongan turis asing biasanya setelah mengunjungi Labuan Bajo (Flores) saat kembali menuju Gili Trawangan (Lombok), selalu mampir di Pulau Moyo untuk mendatangi air terjun Diwu Mbai dan Mata Jitu. Bagi mereka yang hobi diving dan snorkeling tak akan melewatkan kesempatan untuk menikmati keindahan bawah laut Pulau Moyo yang memesona. Saat ini kunjungan wisatawan luar negeri dan domestik semakin meningkat ke Moyo. Menurut Salahuddin, staf Kantor Desa Labuan Aji, jumlah wisatawan ke Moyo pada 2012 tercatat 3.400 orang.
"Saya sering mengantarkan tamu ke sini untuk snorkeling atau diving di perairan Takat Sagele. Pemandangan (bawah laut) sangat bagus," kata Widijatmoko -- akrab disapa Erick -- pengelola www.pulaumoyo.com yang mengantarkan kami selama berada di Pulau Moyo, Kamis (17/10/2013).
"Ayo snorkeling. Rugi kalau tidak snorkeling di sini," ujar Erick.
Keberadaan karang di Takat Sagele masih terjaga. Walaupun hanya snorkeling, namun pemandangan bawah laut di sini sangat memesona. Ikan-ikan warna-warni meliuk-liuk di batu karang sehingga sayang kalau cepat-cepat angkat kaki dari pulau karang ini.
Duduk di pulau karang sembari memandang ke ufuk barat menyaksikan matahari tenggelam ke peraduan adalah momen sangat istimewa. Bayangkan duduk di pulau yang sepi tanpa diganggu suara selain angin dan ombak adalah suasana yang sangat jarang diperoleh.
"Kalau tak ada awan, kita bisa lihat matahari di belakang Gunung Rinjani," kata Erick.
Selain Takat Sagele, Pulau Moyo juga memiliki banyak pantai yang layak dikunjungi wisatawan. Seluruh pantai di Moyo masih sangat alami dan belum begitu sering dijamah para pelancong. Sepanjang pantai barat Moyo didominasi oleh pasir putih. Sebaliknya pantai di sisi timur Moyo berpasir hitam.
Erick rutin mengantarkan tamu-tamunya mengunjungi pantai-patai tersebut saat kapal kembali ke Sumbawa. Idealnya berangkat pagi hari saat cuaca cerah dan ombak terlihat tenang. Keindahan pantai di Moyo tak perlu diragukan lagi. Kebersihan pantai terjamin. "Itu pantai Poto Jarum," kata Erick menunjuk pantai berpasir putih dan tak terlihat satu pun wisatawan pun di sana.
Menurut Erick, poto jarum berarti ujung jarum. Sepi, pasir putih, laut tenang. Tak aneh kalau tamu yang menginap di Amanwana Resort sering minta diantar ke Poto Jarum untuk berenang, snorkeling, dan berjemur.
Perhentian terakhir adalah pantai Tanjung Pasir. Ini merupakan titik terdekat Pulau Moyo menuju desa Ai Bari di Pulau Sumbawa. "Paling sekitar 30 menit menyeberang," kata Erick.
Di Tanjung Pasir, wisatawan diberi waktu untuk snorkeling sepuasnya. Terlihat hanya ada satu perahu sandar di sini. Tak jauh dari tepi pantai, tampak para pekerja bangunan sedang membuat Posko Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Nusa Tenggara Barat.
"Kata nakhoda kapal, anginnya semakin kencang. Kita harus segera kembali ke Sumbawa," kata Erick mengingatkan untuk segera mengakhiri snorkeling yang sudah berjalan sekitar satu jam di Tanjung Pasir. Kami pun segera kembali ke kapal. Tak lama kemudian kapal didorong ke tengah laut, mesin dihidupkan, dan kapal melaju menuju Sumbawa.
No comments:
Post a Comment