Berita Hangat - Masih ingat serangan DDoS yang melumpuhkan institusi finansial global
seperti JP Morgan Chase, Wells Fargo and Bank of America, Regions Bank
dan American Express, serangan tersebut dilancarkan selama berjam-jam
dan menguras jutaan dolar untuk biaya penggantian kerugian, pemulihan,
dan pengendalian kerusakan.
Yang terbesar adalah serangan DDoS
yang berhasil menjatuhkan Spamhaus bulan Maret lalu. Kejadian itu pun
menjadi awal berbagai penelitian dan penemuan yang mengungkap evolusi
DDoS yang kini semakin cerdas, produktif, dan tentunya semakin kuat.
Kini
banyak serangan lapis-aplikasi modern yang dirancang bukan untuk jumlah
dan massa, melainkan untuk ketidaknampakan dan ditargetkan pada logika
aplikasi yang mendasar.
Tidak seperti serangan DDoS sebelumnya,
serangan yang terbaru ini dibuat dengan fokus terhadap vektor serta
target ancaman yang spesifik. Hasilnya, sebuah serangan DDoS mematikan
yang dapat lolos dari pengawasan keamanan jaringan.
Namun menurut
Stefanie Hoffman, penggarap FortiBlog milik Fortinet ini mengatakan
sejatinya banyak cara untuk menghadang serangan DDoS yang mungkin
menghampiri.
Sebelum memasuki poin-poin penting lainnya, pengguna
membutuhkan solusi yang dapat menyediakan visibilitas secara
komprehensif ke dalam seluruh lingkungan TI organisasi, ditambah dengan
kemampuan yang dapat memberikan kontrol penuh bagi para administrator
TI.
"Solusi visibilitas yang diperlukan bukan hanya untuk
mengidentifikasi, tapi juga mengatasi serangan yang 'nakal' serta
menganalisa malware DDoS. Untuk itu, sebuah solusi harus memiliki
mekanisme notifikasi dan peringatan yang dapat mengindikasikan sifat dan
tingkat bahaya suatu ancaman serta memberi pilihan cara
penanggulangannya kepada administrator TI," kata Hoffman
Bila sebuah ancaman terdeteksi, administrator keamanan harus segera
memblok dan memusnahkannya. Solusi yang digunakan harus memiliki
teknologi mitigasi ancaman dalam menanggulangi serangan yang bersifat
diam-diam seperti APT, worm outbreaks, DDoS, botnet, serta serangan
inbound dan outbound.
Tidak hanya itu, lanjutnya, sebuah solusi
DDoS yang komprehensif juga harus memiliki perangkat pelaporan serta
mekanisme logging dan korelasi.
Informasi seperti ini akan
memberi gambaran yang jauhlebih jelas kepada para administrator TI
mengenai landscape serangan secara keseluruhan serta kondisi sistem
keamanan perusahaan mereka, sehingga dapatmenganalisa malware tingkat
tinggi dan terhubung dengan serangan data yang terselubung.
Selain
itu, demi mengantisipasi serangan yang kuat, perlu ditanggulangi dengan
solusi yang lebih kuat lagi. Para pengguna memerlukan solusi keamanan
DDoS dengan bandwidth yang cukup untuk menahan sekaligus mencegah
masuknya serangan ke dalam jaringan.
"Solusi tersebut juga harus
memiliki fitur manajemen bandwidth sehingga para penyedia solusi dan
administrator TI dapat menerapkan kebijakan sekaligus menentukan
bandwidth yang dibutuhkan berdasarkan user, grup, waktu dan kriteria
lainnya," imbuh Hoffman.
Apalagi hampir setiap perusahaan kini
berhadapan dengan kompleksitas cloud, virtualisasi, dan infrastruktur
lokal dalam jaringannya.
Untuk menghadapi lingkungan
multi-platform yang kompleks seperti itu, sebuah solusi DDoS belum
lengkap jika belum memiliki kemampuan untuk mengurai serta
memvirtualisasikan lalu lintas jaringan – sebuah fitur yang memungkinkan
para administrator keamanan untuk memisahkan kebijakan masing-masing
segmen untuk lingkungan beberapa penyewa.
Beberapa perangkat
individu tersebut menjadi unsur tambahan untuk pendekatan multi lapis
untuk menghadapi ancaman DDoS paling terselubung sekalipun.
"Meskipun
tidak ada solusi yang 100 persen terjamin keamanannya ketika menantang
sebuah malware DDoS baru yang kuat, setidaknya unsur tambahan multi
lapis tersebut akan meningkatkan peluang pengguna untuk lolos dari
serangan," Hoffman menandaskan.
Sumber
No comments:
Post a Comment