Tradisi 'mepe kasur' atau menjemur kasur (tempat tidur) merupakan
tradisi unik yang ada di Desa Wisata Using, Kabupaten Banyuwangi, Jawa
Timur. Berbeda dengan desa-desa lain, kasur dijemur secara bersamaan
sepanjang jalan di Desa Kemiren mulai jam 7 pagi. Selain itu, warna
kasur yang dijemur juga seragam yaitu warna hitam dan merah.
Paidi, warga setempat menjelaskan kepada Kompas.com bahwakasur di desa Kemiren memang unik dan berbeda dibandingkan desa-desa lain yang ada di Banyuwangi.
"Kasur
Abang Cemeng. Abang artinya merah dan cemeng artinya hitam. Jadi sisi
atas dan bawah kasur berwarna hitam, sedangkan kelilingnya berwarna
merah," katanya.
Paidi menjelaskan setiap pengantin baru yang
tinggal di Kemiren akan mendapatkan kasur abang cemeng. Paidi mengaku
sudah belasan tahun sejak menikah, dia menggunakan kasur abang cemeng
sampai saat ini.
Sementara itu, Purwadi, Ketua Masyarakat Adat
Desa Kemiren mengatakan, jika ada filosofi khusus dari pemilihan warna
hitam dan merah pada kasur masyarakat Kemiren.
"Cemeng atau hitam
adalah simbol dari tolak bala, sedangkan abang atau merah adalah simbol
dari keabadian rumah tangga. Jadi dengan menggunakan kasur abang cemeng
diharapkan pasangan pengantin baru terhindar dari kesialan dan bisa
langgeng," katanya.
"Mepe kasur" sendiri dilaksanakan setiap awal
bulan Dzulhijjah dalam kalander Islam. Setelah 'mepe kasur', warga
Kemiren berdoa di makam Buyut Cili, leluhur Desa Kemiren dilanjutkan
dengan arak-arakan barong dan obor blarak yang dibuat dari daun kelapa
kering.
mantap, tradisinya bagus jugatuh
ReplyDelete