Berita Hangat - Kementerian Pariwisata menyatakan melemahnya nilai
tukar rupiah terhadap dolar membawa efek lain terhadap sektor
pariwisata. "Di saat rupiah anjlok, semakin banyak turis yang
berkunjung," kata Wakil Menteri Pariwisata Sapta Nirwandar, Selasa, 8
Oktober 2013.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, kunjungan turis ke
Indonesia melonjak sebanyak 21 persen pada Agustus 2013 dibandingkan
tahun sebelumnya.
Sapta menuturkan pengeluaran turis selama di Indonesia, misalnya
untuk hotel, restoran, dan belanja suvenir, bisa berpengaruh terhadap
pendapatan negara. Dari sektor wisata, rata-rata per satu kunjungan
turis menghasilkan pendapatan US$ 1.200. Sedangkan saat ini, ketika
kondisi rupiah melemah, jumlah kunjungan turis meningkat karena
harga-harga di Indonesia menjadi lebih murah bagi mereka. Dengan
demikian, per satu kunjungan turis, uang yang dibelanjakan melebihi US$
1.200.
Sapta memperkirakan, jika rata-rata pendapatan lebih dari US$ 1.200
per kunjungan, pendapatan negara dari sektor pariwisata bisa meningkat
sampai US$ 10 miliar. Sebelumnya, pada 2012, rata-rata pendapatan per
kunjungan hanya US$ 1.193 dan menghasilkan total pendapatan US$ 9
miliar.
Selain itu, terselenggaranya Konferensi Tingkat Tinggi APEC di Bali
juga membawa pengaruh besar terhadap sektor pariwisata. "Kan ada sekitar
5.000-10.000 orang yang datang untuk APEC. Mereka pasti menginap di
hotel yang mahal dan spending-nya lebih banyak," ujarnya. Pendapatan
rata-rata dari pengunjung APEC bisa mencapai sekitar US$ 2.000-3.000 per
kunjungan. Hal ini, kata Sapta, jelas mempengaruhi pariwisata di
Indonesia.
Destinasi wisata yang menjadi favorit para turis yakni Bali,
Yogyakarta, Batam, Lombok, Manado, Palembang, dan Makassar. Sapta
menegaskan, peningkatan kunjungan turis sampai 21 persen ini merupakan
dampak lain dari menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar bagi
sektor pariwisata.
Source
Source
No comments:
Post a Comment