Berita Hangat - Tim Riset Mandiri Gunung Padang membuat temuan mencengangkan
berdasarkan analisis geologi. Tim mengatakan, Gunung Padang menyimpan
ruangan bagian bangunan yang berasal dari masa lebih dari 10.000 Sebelum
Masehi. Ruangan itu berada di zona yang disebut lapisan budaya tiga dan
empat dalam penelitian.
Sebelumnya, telah diduga bahwa Gunung
Padang menyimpan bangunan tua. Bangunan tersebut berupa punden berundak,
lebih besar dan lebih tua dari piramida Giza di Mesir. Riset ini,
menurut tim, membuktikan bahwa bangunan yang dimaksud itu benar-benar
ada.
Danny Hilman Natawidjaja, geolog dari Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang termasuk dalam tim riset,
mengungkapkan, temuan tersebut dibuat berdasarkan analisis georadar,
geolistrik, pengeboran, serta tomografi yang dilakukan hingga Juli 2013.
Pada
dasarnya metode tomografi adalah pemindaian dengan menggunakan bantuan
gelombang suara. Lewat cara ini, tim bisa mengetahui karakteristik
lapisan batuan serta struktur buatan yang mungkin ada di dalam tanah.
"Prinsipnya,
tomografi menganalisis berdasarkan kecepatan rambat suara. Kalau di
zona yang padat, suara akan bergerak cepat. Sementara kalau di daerah
yang kosong atau tidak padat, suara bergerak lebih lambat," kata Danny.
Berdasarkan
analisis tomografi, tim menemukan adanya zona dengan kecepatan rambat
suara yang sangat lambat. Keberadaan zona tersebut, menurut Danny dan
tim, menunjukkan adanya rongga di bawah situs Gunung Padang.
"Jadi memang dari tomografi terlihat ada rongga dan dinding-dindingnya," kata Danny saat dihubungi Kompas.com, Rabu (16/10/2013). Rongga itulah yang kemudian dikatakan sebagai ruangan dari bangunan buatan manusia.
Hasil
pengeboran, analisis geolistrik, dan georadar memperkuat hasil analisis
tomografi. Pada pengeboran hingga kedalaman 10 meter, tim menjumpai water loss, di mana ketika dibor, air langsung mengalir dan meresap di dalam tanah.
"Biasanya,
kalau dibor, air akan keluar kembali, tetapi ini tidak. Air langsung
menghilang. Nah, ini menunjukkan kalau memang air mengalir ke suatu
tempat, menunjukkan adanya ruangan di bawahnya," papar Danny.
Danny
yang juga banyak meneliti tentang kegempaan di Sumatera dan Jawa Barat
menjelaskan, volume air yang hilang mencapai 32.000 liter. Ia
memperkirakan, air mengalir ke ruangan yang volumenya mencapai 32 meter
kubik.
Selama penelitian geologis, Danny dan tim juga menemukan
lapisan tanah di antara lapisan batuan dan dikatakan bukan merupakan
hasil pelapukan. Tanah sengaja dikumpulkan sebagai lapisan bangunan.
"Kalau
hasil pelapukan, tanahnya biasanya ada gradasi. Ada yang sudah lapuk
sempurna sampai yang belum lapuk. Kalau ini tidak. Seragam. Jadi lapisan
tanah itu bukan hasil pelapukan," urai Danny.
Dari pengeboran di
beberapa titik, tim mengambil sampel karbon. Analisis karbon mengungkap
bangunan yang dideteksi dengan analisis geologi itu diperkirakan
berasal dari masa 9.000 SM atau bahkan lebih tua.
Menanggapi
temuan tersebut, Awang Harun Satyana, geolog senior dari ESDM,
mengungkapkan bahwa metode dan hasil penelitian mungkin sudah tepat.
"Tapi, hasil itu multitafsir. Satu data, geolog bisa menafsirkan
berbeda-beda," katanya.
Awang menuturkan, adanya zona dengan kecepatan suara rendah serta water loss yang besar tidak selalu menunjukkan adanya ruangan buatan manusia, bisa saja hanya petunjuk akan fenomena alam tertentu.
Wilayah
Gunung Padang adalah zona vulkanik. Batuan terbentuk dari lava. Dalam
prosesnya, sangat lazim pembekuan batuan tidak seragam. Hasil tomografi
bisa merujuk pada lava yang belum benar-benar membeku.
Di sisi
lain, bisa jadi zona dengan kecepatan suara rendah memang sebuah
ruangan. Namun, belum tentu ruangan itu buatan manusia. "Jadi bisa saja
itu hanya sebuah gua. Itu kan alami," jelas Awang.
Sementara water loss tidak selalu terjadi karena adanya rongga di bawah permukaan. Water loss besar bisa terjadi bila batuan bersifat porous (memiliki pori-pori besar dan banyak) sehingga air mudah "hilang".
Ali
Akbar, arkeolog dari Universitas Indonesia yang menjadi pemimpin tim
riset, mengatakan bahwa pihaknya akan terus meneliti lagi. Penanggalan
karbon juga menjadi fokus utama riset. Tim akan memastikan bahwa
penanggalan tepat karena angka hasil penanggalan di luar dugaan.
Source
No comments:
Post a Comment