Info Berita Terhangat - Sistem ekspor dan impor listrik sudah jadi hal biasa di beberapa
negara. Indonesia pun sudah dan akan menambah lagi impor serta ekspor
listrik ke beberapa negara.
Menurut Direktur Jenderal
Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jarman ketika berbincang dengan
detikFinance beberapa waktu lalu seperti dikutip, Senin (26/11/2013),
ada setidaknya 4 daerah yang sudah dan akan melakukan impor dan ekspor
listrik, di mana saja?
1.Riau ke Semenanjung Malaysia
PLN saat ini sedang melakukan feasebility study (FS) untuk pembangunan
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan jaringan listrik dari Riau ke
perbatasan dengan Semenanjung Malaysia.
"Kapasitas PLTU nya
sebesar 2 x 1.000 megawatt (mw), saat ini sedang dalam tahap FS dan
diharapkan indonesia bisa ekspor listrik ke Malaysia pada 2018," kata
Jarman.
Jarman mengatakan ekspor listrik dari Riau ke Malaysia tersebut sebanyak 1.000 MW.
"Yang
1.000 MW nya untuk memasok ke daerah sekitar, tapi tetap syarat untuk
bisa ekspor, daerah sekitar pembangkit harus tercukupi listriknya dan
paling tidak masih tersedia 30% cadangan listriknya," ungkap Jarman.
2. Pontianak ke Serawak
Jarman mengatakan pada akhir 2014 Indonesia akan impor listrik dari Serawak Malaysia ke Pontianak Kalimantan Barat.
"Kita akan impor listrik dari Malaysia sebesar 50 MW untuk tahun pertama dan dapat ditingkatkan hingga 200 MW," kata Jarman.
Jarman
mengungkapkan, saat ini antara kedua negara sedang mempersiapkan
pembangunan transmisi untuk mengalirkan listrik dari Malaysia ke
Indonesia. "Saat ini tahap pembangunannya sudah dalam pembangunan
transmisi, nanti impornya dari Serawak ke Pontianak Kalimantan Barat,"
ujar Jarman.
Jarman mengungkapkan, impor listrik dari Malaysia
akan memberikan penghematan bagi keuangan negara. "Negara justru hemat,
karena kalau produksi listrik sendiri saat ini di Pontianak sebagian
besar menggunakan solar, harganya mahal Rp 3.500 per kWh. Sementara
kalau impor dari Malaysia yang pembangkitnya dari tenaga air harganya
hanya Rp 900 per kWh," ungkapnya.
Dengan begitu, ada penghematan
besar bila Indonesia impor listrik dari Malaysia sambil menunggu
pembangunan pembangkit listrik batubara di Pontianak yang harganya lebih
murah juga.
"Hematnya berapa, kalau sekarang biaya listrik pakai
solar Rp 3.500 per kWh, sementara impor hanya Rp 900 per kWh. Artinya
ada hemat Rp 2.600 per kWh, kalau impornya 50 MW artinya tinggal kali
kan 2.600 per kWh x 50.000 kWh x setahun (365 hari). Kalau impornya 200
MW tinggal kali saja 200.000 kWh (penghematannya hingga Rp 189,8 miliar
per tahun)," cetus Jarman.
3. Kalbar ke Serawak
Jarman mengatakan sudah 4 tahun desa-desa perbatasan di Kalbar impor listrik dari Serawak Malaysia.
"Kita
sudah impor listrik dari Malaysia 4 tahun lalu, tepatnya di desa-desa
perbatasan di Kalbar, tapi jumlahnya kecil kurang dari 5 megawatt, namun
impor jumlah besar nanti pada akhir 2014 dari Serawak sebesar 50 MW,"
ujarnya.
4. Papua ke Papua Nugini
Jarman mengungkapkan ada permintaan impor listrik oleh Papua Nugini dari desa-desa perbatasan di Papua.
"Kita
akan membangun beberapa Pembangkit listrik tenaga mini hidro di Papua
tepatnya di Manokwari dan Wamena, ada permintaan dari Papua Nugini jika
listriknya juga bisa diekspor ke negaranya pada 2018 nanti," tutupnya.
No comments:
Post a Comment