Tuesday 26 November 2013

Beberapa Daerah yang menjual listrik ke perbatasan Negara tetangga

Info Berita Terhangat - Sistem ekspor dan impor listrik sudah jadi hal biasa di beberapa negara. Indonesia pun sudah dan akan menambah lagi impor serta ekspor listrik ke beberapa negara.

Menurut Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jarman ketika berbincang dengan detikFinance beberapa waktu lalu seperti dikutip, Senin (26/11/2013), ada setidaknya 4 daerah yang sudah dan akan melakukan impor dan ekspor listrik, di mana saja?

1.Riau ke Semenanjung Malaysia


PLN saat ini sedang melakukan feasebility study (FS) untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan jaringan listrik dari Riau ke perbatasan dengan Semenanjung Malaysia.

"Kapasitas PLTU nya sebesar 2 x 1.000 megawatt (mw), saat ini sedang dalam tahap FS dan diharapkan indonesia bisa ekspor listrik ke Malaysia pada 2018," kata Jarman.

Jarman mengatakan ekspor listrik dari Riau ke Malaysia tersebut sebanyak 1.000 MW.

"Yang 1.000 MW nya untuk memasok ke daerah sekitar, tapi tetap syarat untuk bisa ekspor, daerah sekitar pembangkit harus tercukupi listriknya dan paling tidak masih tersedia 30% cadangan listriknya," ungkap Jarman.

2. Pontianak ke Serawak

Jarman mengatakan pada akhir 2014 Indonesia akan impor listrik dari Serawak Malaysia ke Pontianak Kalimantan Barat.

"Kita akan impor listrik dari Malaysia sebesar 50 MW untuk tahun pertama dan dapat ditingkatkan hingga 200 MW," kata Jarman.

Jarman mengungkapkan, saat ini antara kedua negara sedang mempersiapkan pembangunan transmisi untuk mengalirkan listrik dari Malaysia ke Indonesia. "Saat ini tahap pembangunannya sudah dalam pembangunan transmisi, nanti impornya dari Serawak ke Pontianak Kalimantan Barat," ujar Jarman.

Jarman mengungkapkan, impor listrik dari Malaysia akan memberikan penghematan bagi keuangan negara. "Negara justru hemat, karena kalau produksi listrik sendiri saat ini di Pontianak sebagian besar menggunakan solar, harganya mahal Rp 3.500 per kWh. Sementara kalau impor dari Malaysia yang pembangkitnya dari tenaga air harganya hanya Rp 900 per kWh," ungkapnya.

Dengan begitu, ada penghematan besar bila Indonesia impor listrik dari Malaysia sambil menunggu pembangunan pembangkit listrik batubara di Pontianak yang harganya lebih murah juga.

"Hematnya berapa, kalau sekarang biaya listrik pakai solar Rp 3.500 per kWh, sementara impor hanya Rp 900 per kWh. Artinya ada hemat Rp 2.600 per kWh, kalau impornya 50 MW artinya tinggal kali kan 2.600 per kWh x 50.000 kWh x setahun (365 hari). Kalau impornya 200 MW tinggal kali saja 200.000 kWh (penghematannya hingga Rp 189,8 miliar per tahun)," cetus Jarman.

3. Kalbar ke Serawak

Jarman mengatakan sudah 4 tahun desa-desa perbatasan di Kalbar impor listrik dari Serawak Malaysia.

"Kita sudah impor listrik dari Malaysia 4 tahun lalu, tepatnya di desa-desa perbatasan di Kalbar, tapi jumlahnya kecil kurang dari 5 megawatt, namun impor jumlah besar nanti pada akhir 2014 dari Serawak sebesar 50 MW," ujarnya.

4. Papua ke Papua Nugini

Jarman mengungkapkan ada permintaan impor listrik oleh Papua Nugini dari desa-desa perbatasan di Papua.

"Kita akan membangun beberapa Pembangkit listrik tenaga mini hidro di Papua tepatnya di Manokwari dan Wamena, ada permintaan dari Papua Nugini jika listriknya juga bisa diekspor ke negaranya pada 2018 nanti," tutupnya.

No comments:

Post a Comment